Keberpasangan
adalah fitrah. Oleh karena itu, setiap makhluk pasti mempunyai pasangan.
Marilah kita lihat sejenak dalam kehidupan alam semesta ini, semua mempunyai
pasangan. Ada jantan, ada betina, ada siang, ada pula malam. Bahkan sesuatu yg
dulu belum kita ketahui ternyata mempunyai pasangan, misalnya dalam atom
dikenal istilah proton (+) dan elektron (-). Keberpasangan juga merupakan
fitrah bagi kita, manusia. Namun, keberpasangan antara alam dan manusia
mempunyai perbedaan. Mari kita perhatikan ayat-ayat di bawah ini:
فَاطِرُ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الأنْعَامِ
أَزْوَاجًا يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ
الْبَصِيرُ
“(Allah)
Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri
pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula),
dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada sesuatupun yang
serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. Al-Syura
[42]: 11)
Binatang
ternak berpasangan untuk berkembang biak, manusia pun demikian, begitu pesan
ayat di atas. Tetapi dalam ayat di atas tidak disebutkan kalimat mawaddah dan
rahmah, sebagimana ditegaskan ketika Al-Quran berbicara tentang pernikahan
manusia.
“Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu mawaddah dan rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS. Al-Rum
[30]: 21)
Mengapa
demikian? Tidak lain karena manusia diberi tugas oleh-Nya untuk menjadi
khalifah di bumi.
Pada
dasarnya, manusia tidak senang dengan kesendirian. Ia membutuhkan teman untuk
mencurahkan isi hatinya, dengan ngobrol, bercanda, dan menumpahkan isi hatinya
kepada orang yang disayanginya. Oleh karena itu, agama mensyariatkan pernikahan
agar keberpasangan dapat menjadi ketenangan bagi umat manusia.
SIAPAKAH
PASANGAN KITA? – EGALITARIANISME DLM PERNIKAHAN –
Pasangan
kita tidak lain adalah suami (istri) kita. Dia bukanlah orang lain, tetapi dia
adalah diri kita. Apabila kita menginginkan sesuatu, maka sebelum kita
mengucapkan, suami (istri) kita sudah dapat menebaknya dengan tepat apa yang
kita inginkan, karena dia adalah diri kita. Begitu pula sebaliknya. Semakin
terjadi persesuaian antara suami-istri, maka semakin bahagialah mereka.
Untuk
itu dalam memilih pasangan perlu ada kesetaraan, baik itu kesetaraan dalam
beragama, kesetaraan dalam konsep hidup, kesetaraan dlm berfikir, dll. Nabi pun
menganjurkan “lihatlah wanita itu sebelum kau nikahi”. Nabi mengatakan seperti
itu dg maksud melanggengkan pernikahan.
Berkaitan
dg kesetaraan dlm pandangan hidup dan kesetaraan dlm beragama, maka tidak
dianjurkan menikah antar agama. Larangan ini dilatarbelakangi oleh keinginan
menciptakan “sakinah” dalam keluarga yg merupakan tujuan pernikahan. Perkawinan
baru akan langgeng dan tentram kalau ada persamaan antara suami-istri.
Jangankan perbedaan agama, perbedaan budaya atau bahkan perbedaan pendidikan
pun tidak jarang menimbulkan kesalahpahaman dan berakibat kegagalan dalam
mencapai tujuan mahligai pernikahan.
PERBEDAAN
DALAM PERSAMAAN
Berpasangan
itu harus ada bedanya. Misalnya sepatu kanan harus berbeda dengan sepatu kiri
agar bisa digunakan. Tajam dan kuatnya jarum harus diimbangi dengan lemahnya
kain agar dapat digunakan menjadi baju. Seandainya tajam dan kuatnya jarum itu
tidak diimbangi dg lemahnya kain, tapi dg kerasnya kain seperti tembok, maka
kita tidak dapat membuat baju.
Apakah
lemahnya kain, menandakan rendahnya derajat kain? Tidak. Itu merupkn fenomena
kesetaraan, karena kuatnya jarum kalau ia sendirian, tanpa kain, maka tidak
akan terbentuk baju. Karena itu, manusia yg sendirian maka banyak sesuatu yg
belum optimal atau terwujud.
Keberpasangan
sesungguhnya adalah menyatukan jiwa, pikiran, perasaan dan jasmani kepada suami
(istri) kita.
SEMOGA KITA
BERHASIL...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar