Rabu, 28 Agustus 2013

KEBERPASANGAN ADALAH FITRAH


Keberpasangan adalah fitrah. Oleh karena itu, setiap makhluk pasti mempunyai pasangan. Marilah kita lihat sejenak dalam kehidupan alam semesta ini, semua mempunyai pasangan. Ada jantan, ada betina, ada siang, ada pula malam. Bahkan sesuatu yg dulu belum kita ketahui ternyata mempunyai pasangan, misalnya dalam atom dikenal istilah proton (+) dan elektron (-). Keberpasangan juga merupakan fitrah bagi kita, manusia. Namun, keberpasangan antara alam dan manusia mempunyai perbedaan. Mari kita perhatikan ayat-ayat di bawah ini:

فَاطِرُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الأنْعَامِ أَزْوَاجًا يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“(Allah) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar  lagi Maha Melihat”. (QS. Al-Syura [42]: 11)

Binatang ternak berpasangan untuk berkembang biak, manusia pun demikian, begitu pesan ayat di atas. Tetapi dalam ayat di atas tidak disebutkan kalimat mawaddah dan rahmah, sebagimana ditegaskan ketika Al-Quran berbicara tentang pernikahan manusia.


“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu mawaddah dan rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS. Al-Rum [30]: 21)

Mengapa demikian? Tidak lain karena manusia diberi tugas oleh-Nya untuk menjadi khalifah di bumi.

Pada dasarnya, manusia tidak senang dengan kesendirian. Ia membutuhkan teman untuk mencurahkan isi hatinya, dengan ngobrol, bercanda, dan menumpahkan isi hatinya kepada orang yang disayanginya. Oleh karena itu, agama mensyariatkan pernikahan agar keberpasangan dapat menjadi ketenangan bagi umat manusia.

SIAPAKAH PASANGAN KITA? – EGALITARIANISME DLM PERNIKAHAN –

Pasangan kita tidak lain adalah suami (istri) kita. Dia bukanlah orang lain, tetapi dia adalah diri kita. Apabila kita menginginkan sesuatu, maka sebelum kita mengucapkan, suami (istri) kita sudah dapat menebaknya dengan tepat apa yang kita inginkan, karena dia adalah diri kita. Begitu pula sebaliknya. Semakin terjadi persesuaian antara suami-istri, maka semakin bahagialah mereka.
Untuk itu dalam memilih pasangan perlu ada kesetaraan, baik itu kesetaraan dalam beragama, kesetaraan dalam konsep hidup, kesetaraan dlm berfikir, dll. Nabi pun menganjurkan “lihatlah wanita itu sebelum kau nikahi”. Nabi mengatakan seperti itu dg maksud melanggengkan pernikahan.
Berkaitan dg kesetaraan dlm pandangan hidup dan kesetaraan dlm beragama, maka tidak dianjurkan menikah antar agama. Larangan ini dilatarbelakangi oleh keinginan menciptakan “sakinah” dalam keluarga yg merupakan tujuan pernikahan. Perkawinan baru akan langgeng dan tentram kalau ada persamaan antara suami-istri. Jangankan perbedaan agama, perbedaan budaya atau bahkan perbedaan pendidikan pun tidak jarang menimbulkan kesalahpahaman dan berakibat kegagalan dalam mencapai tujuan mahligai pernikahan.


PERBEDAAN DALAM PERSAMAAN

Berpasangan itu harus ada bedanya. Misalnya sepatu kanan harus berbeda dengan sepatu kiri agar bisa digunakan. Tajam dan kuatnya jarum harus diimbangi dengan lemahnya kain agar dapat digunakan menjadi baju. Seandainya tajam dan kuatnya jarum itu tidak diimbangi dg lemahnya kain, tapi dg kerasnya kain seperti tembok, maka kita tidak dapat membuat baju.
Apakah lemahnya kain, menandakan rendahnya derajat kain? Tidak. Itu merupkn fenomena kesetaraan, karena kuatnya jarum kalau ia sendirian, tanpa kain, maka tidak akan terbentuk baju. Karena itu, manusia yg sendirian maka banyak sesuatu yg belum optimal atau terwujud.
Keberpasangan sesungguhnya adalah menyatukan jiwa, pikiran, perasaan dan jasmani kepada suami (istri) kita.

SEMOGA KITA BERHASIL...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar