Cinta
merupakan satu kata yang bukan saja menyenangkan tapi juga dibutuhkan, tidak
hanya oleh manusia, namun jg oleh smua mahluk hidup.
Cinta adalah
anugerah Allah. Cinta adalah sesuatu yang mengantar kepada kebahagiaan. Cinta
mudah diucapkan, namun sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata. Bahkan,
sementara pakar mengatakan ia tdk dpt dilukiskan, karena itu hanya
gejala-gejalanya saja yg dpt dijelaskan.
Begitu
banyak definisi tentang cinta yang dikeluarkan oleh para pakar, namun tidak
satupun diantaranya yang bisa menggambarkan cinta itu secara utuh dan
menyeluruh. Namun, yang pasti cinta mendorong seseorang untuk melakukan hal-hal
yang positif. Banyak karya-karya besar manusia yang lahir dari cinta, coba
tengok megah nan cantiknya Taj Mahal, lihatlah Candi Borobudur atau Candi
Prambanan yang menakjubkan, indahnya syair-syair Homerus, dan masih banyak
lainnya yang kesemuanya itu lahir dari cinta.
Manusia
terdiri dari jasmani, akal dan rasa. Akal memiliki logika, dan cinta pun
memiliki logikanya sendiri. Akal tidak dapat menggabungkan dua hal yang
bertolak belakang, tetapi cinta dapat menggabungnya. Bukankah ada sementara
orang yang berkata “benci tapi rindu” atau "berharap namun cemas"???.
Bagaimana dua hal yang bertentangan ini dapat bertemu kalau bukan rasa yang
mempertemukannya.
Jenis cinta
ada bermacam-macam. Ada cinta kepada Tuhan, ada cinta kepada harta, ada cinta
kepada manusia, dsb. Cinta-cinta itu ada yg cepat perolehannya, namun jg cepat
layunya. Ada yg lambat perolehannya, baru terkesan di hati, namun lambat pula
pudarnya, bahkan tidak pernah pudar sama sekali, dsb.
Cinta kepada
Allah dibuktikan dengan taat dan patuh kepada-Nya. Taat menjalankan
perinta-perintah-Nya, patuh menjauhi dan menghindari semua larangan-Nya. Allah
mencintai mereka yang muhsinin, orang-orang yang berbuat baik kepada orang yang
pernah melakukan kesalahan kepadanya. Allah mencintai orang-orang yang
bertakwa, yang sabar, bertaubat, yang bersatu padu, yang mengikuti Nabi
Muhammad dan mereka yang berakhlak mulia.
Cinta kepada
sesama manusia ada beberapa aspek, seperti cinta kepada pasangan, cinta kepada
anak, cinta kepada orang tua, cinta kepada guru dan yang lainnya.
Cinta kepada
manusia adl sebuah dialog antar dua aku. Cinta kepada manusia bukanlah melebur
siapa yang dicintai kepada diri kita. Cinta kepada manusia harus tetap
memelihara kepribadian yang dicintainya, tidak memaksanya menjadi seperti diri
kita.
Cinta kepada
manusia bermula dari pengenalan kepadanya, kemudian timbul sebuah penghormatan,
lalu timbul tanggung jawab dan akhirnya timbul kesetiaan. Tanpa hal-hal
tersebut, maka semua itu bukanlah cinta. Bukanlah cinta, mereka yang tidak
mengenal orang yang dicintainya, bukanlah cinta bagi mereka yang tidak
menghormati siapa yang dicintainya, bukanlah cinta jika dia melecehkan orang
yang dicintainya, dan bukanlah cinta mereka yang tidak setia kepada yang
dicintainya.
Puncak dari
cinta manusia kepada pasangannya oleh al-Qur’an dinamai mawaddah, yaitu
kosongnya jiwa dari segala yang buruk. Sehingga betapa pun buruk yang dicintai,
hatinya tidak pernah melihat keburukannya itu. Betapa pun buruk perlakuan
pasangannya, hati telah kosong dari segala keburukannya sehingga yang buruk pun
dilihat menjadi kebaikan. Mawaddah jg disebut cinta plus. Bukankah yg mencintai
sesekali hatinya kesal, sehingga cintanya pudar, bahkan putus. Tetapi yg
bersemai dalam hati mawaddah, tidak lg akan memutuskan hubungan, seperti yg
biasa terjadi pada org yg bercinta. Ini disebabkan karena hatinya begitu lapang
dan kosong dari keburukan, shg pintu-pintunya pun telah tertutup untuk
dihinggapi keburukan lahir dan batin (yg mungkin datang dari pasangannya). Dan
inilah yg harus diperjuangkan bg orang-orang yg menjalin "cinta kasih".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar