Kamis, 24 September 2015

MUHASABAH (INTROSPEKSI DIRI)



قد فاز من حاسب أعماله أبدا .... ووزن نفسه على كل النسم
من قبل أن حاسبه الرب محتتما .... فحاسب العمل دوما فلا تندم
=========
Sungguh beruntung orang yang senantiasa menghisab 'amalnya
Dan menimbang diri di setiap hembusan nafasnya
Sebelum Tuhan kan menghisabnya dengan pasti
Maka,  hisablah 'amalmu terus-menerus agar kau tak menyesali


ولا تزك لنفسك تعجبها .... سوف تصير بها من أحمق الأمام
ولاتكن بوجود العامل باهيا .... فحاسب العمل دوما فلا تندم

=========
Jangan kau merasa sok suci hingga berbangga diri
Kelak kau kan jadi orang paling bodoh sendiri
Jangan pula kau sombong dengan 'amal yang ada
Hisablah 'amalmu terus-menerus agar kau tak menyesalinya


أكنت يا صاحبي لأمره عاملا .... ولم تجاوز لما أنت به تحرم
ولم تك مشركا بالمعبود شيئا .... وقلبك سالم عن داءه المذموم
كالحرص والحسد والكبر ثم الرياء .... فحاسب العمل دوما فلا تندم
=========
Adakah kau duhai sahabatku mengerjakan perintah-Nya?
Tidak melanggar larangan-Nya?
Dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun?
Dan sudahkah hatimu selamat dari penyakit hati yang tercela?
Seperti tamak, dengki, sombong,  dan riya'?
Hisablah 'amalmu terus-menerus agar kau tak menyesalinya


أوصلت الرحم ولم تقطع أحدا .... رضيت بالرزق لا تطمع كالنعم
مجدت ياصاحبي ربك مكبرا .... مبتغيا رضاه وغفران الحليم
أعظكم يا أخي وإياي أبدا .... فحاسب العمل دوما فلا تندم
=========
Sudahkah kau silaturahim tanpa memutuskan hubungan dengan siapapun?
Sudahkan kau ridho dengan rizqi anugerah-Nya? janganlah kau rakus
Sudahkah kau mengagungkan Tuhan-mu?
Mencari ridho dan ampunan-Nya
Ku ingatkan kau duhai saudaraku dan juga pada diriku sendiri
Hisablah amalmu terus-menerus agar kau tak menyesali

Senin, 21 September 2015

Amalan-amalan di bulan Dzulhijjah


Bulan Dzulhijjah adalah bulan ke-12 dalam kalender Hijriyah. Di dalamnya terdapat 10 hari yang mulia dan utama, sebagaimana dijelaskan oleh ulama pakar fiqh:

 أن أيام عشر ذي الحجة ولياليها أيام شريفة ومفضلة، يضاعف العمل فيها، ويستحب الاجتهاد في العبادة فيها، وزيادة عمل الخير والبر بشتى أنواعه فيها، ولعظم شأنها أقسم الله سبحانه بها بقوله: {والفجر وليال عشر}  حيث يرى جمهور المفسرين أن المقصود من الآية هي عشر ذي الحجة.

Hari-hari sepuluh awal Dzulhijjah, baik malam hari maupun siang harinya adalah mulia dan utama, dilipatgandakan (pahala) amal di dalamnya, disunnahkan bersungguh-sungguh beribadah di dalamnya, dan meningkatkan segala amal baik dan segala kebajikan dengan berbagai macam bentuknya.
Saking agungnya perkara ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala bersumpah dengan firman-Nya:

والفجر وليال عشر

Demi waktu fajar dan malam-malam sepuluh. Mayoritas Ulama pakar tafsir menyatakan bahwa maksud ayat ini adalah sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah.

Demikian pula, keutamaan sepuluh hari Dzulhijjah ini berdasarkan informasi Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam, sebagaimana Riwayat Ibnu 'Abbas:

ما من أيام العمل الصالح فيها أحب إلى الله من هذه الأيام، يعني أيام العشر قالوا: يا رسول الله ولا الجهاد في سبيل الله؟ قال: ولا الجهاد في سبيل الله، إلا رجل خرج بنفسه وماله فلم يرجع من ذلك بشيء.

Tidak ada hari, amal shalih padanya yang lebih Allah cintai daripada sepuluh hari (Dzul Hijjah)."Mereka berkata; wahai Rasulullah, tidak pula berjihad di jalan Allah? Beliau berkata: ""Tidak pula berjihad di jalan Allah, kecuali seorang laki-laki yang keluar dengan jiwa dan hartanya kemudian tidak kembali membawa sesuatupun".

(HR. Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Dan juga Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Rodhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda:

 ما من أيام أحب إلى الله أن يتعبد له فيها من عشر ذي الحجة، يعدل صيام كل يوم منها بصيام سنة، وقيام كل ليلة منها بقيام ليلة القدر

Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah, satu hari berpuasa didalamnya setara dengan setahun berpuasa dan satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada malam lailatul qadar.

(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Adapun amalan-amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan adalah:
(1) Tidak memotong rambut maupun kuku ketika memasuki tanggal 1 dzulhijjah hingga selesai penyembelihan qurban bagi yang berqurban.
Dasarnya:

وعن أم سلمة - رضي الله عنها - قالت: قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم -: «إذا دخل العشر، وأراد بعضكم أن يضحي فلا يمس من شعره وبشره شيئا، وفي رواية: فلا يأخذن شعرا، ولا يقلمن ظفرا، وفي رواية: من رأى هلال ذي الحجة وأراد أن يضحي، فلا يأخذ من شعره ولا من ظفاره»

Dari Ummu Salamah -Rodhiyallahu 'anhaa-, beliau berkata:
Rasulullah -shollallahu 'alaihi wasallam- bersabda:
Jika telah tiba sepuluh (dzul Hijjah) dan salah seorang dari kalian hendak berkurban, maka janganlah menyentuh rambut ataupun kulit sedikitpun.
Dalam satu riwayat yang lain: maka janganlah mengambil rambut dan janganlah memotong kuku.
Dalam riwayat lain: Barang siapa melihat hilal Dzulhijjah dan menghendaki untuk berqurban, maka janganlah mengambil rambutnya maupun kuku-kukunya.

(HR. Muslim)

(2) Berpuasa sunnah dari tanggal 1 hingga 9 Dzulhijjah, atau tanggal 8 Dzulhijjah (hari tarwiyah) dan atau tanggal 9 Dzulhijjah (hari 'Arofah).
Dasarnya:
Hadis riwayat Ibnu 'Abbas di atas dan dengan kesepakatan ulama pakar fiqh lintas madzhab mengenai kesunnahan puasa tarwiyah.

اتفق الفقهاء على استحباب صوم الأيام الثمانية التي من أول ذي الحجة قبل يوم عرفة، لحديث ابن عباس.

Adapun puasa Arofah:
Ulama pakar fiqh sepakat mengenai kesunnahan puasa Arofah bagi selain haji.
Hal ini berdasar hadis yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah -Radhiyallahu 'anhu- bahwa Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda:

روى أبو قتادة - رضي الله تعالى عنه - أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: صيام يوم عرفة، أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله، والسنة التي بعده.

Puasa pada hari Arafah, aku memohon pula kepada Allah, agar puasa itu bisa menghapus dosa setahun setahun penuh sebelumnya dan setahun sesudahnya.
(HR. Muslim)

Begitu pula dianjurkan memperbanyak doa di hari Arafah, karena termasuk hari yang utama.

(3) Memperbanyak dzikir, shodaqoh, sholat sunnah baik di siang maupun malam hari berdasar Hadis riwayat Ibnu Abbas dan riwayat Abu Hurairah di atas.

(4) Menghidupkan malam 'Id.
Hal ini berdasar kesepakatan Ulama pakar fiqh dan hadits ini:
من قام ليلتي العيد محتسبا لم يمت قلبه يوم تموت القلوب
Barangsiapa yang menegakkan dua malam 'Id, diharapkan hatinya tidak mati ketika hati orang lain mati.
(HR. Ibnu Majah)

(5) Mengumandangkan takbir baik di masjid, musholla, jalan-jalan, di rumah, dsb dimulai dari setelah sholat subuh di hari Arafah hingga menjelang sholat Asar tanggal 13 Dzulhijjah sebagaimana dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam kitab al-Adzkar.

وأما عيد الأضحى، فيكبر فيه من بعد صلاة الصبح من يوم عرفة إلى أن يصلي العصر من آخر أيام التشريق.

(6) Mandi untuk Shalat 'Id.
(7) Memakai wangi-wangian saat akan sholat 'Id.
(8) Memakai pakaian yang yang paling baik, dan yang lebih utama adalah pakaian warna putih dan juga memakai serban. Jika hanya memiliki satu pakaian saja, maka tidaklah mengapa ia memakainya. Ketentuan ini berlaku bagi kaum laki-laki yang hendak berangkat shalat Id maupun yang tidak. Sedangkan untuk kaum perempuan cukupla ia memakai pakaian biasa sebagaimana pakaian sehari-hari, dan janganlah ia berlebih-lebihan dalam berpakaian serta memakai wangi-wangian.
(9) ketika berjalan menuju ke masjid ataupun tempat shalat Id hendaklah ia berjalan kaki karena hal itu lebih utama, sedangkan untuk para orang yang telah berumur dan orang yang tidak mampu berjalan, maka boleh saja ia berangkat dengan menggunakan kendaraan.
(10) Memilih jalan yang berbeda ketika berangkat ke Masjid dan pulang dari Masjid.
(11) Mengerjakan Sholat 'Id dan mendengarkan khutbah 'Id.
(12)Disunnahkan makan setelah selesai melaksanakan shalat Id, berbeda dengan Hari Raya Idul Fitri yang disunahkan makan sebelum melaksanakan shalat Id.
(13) Berqurban dengan seekor kambing untuk satu orang, atau seekor unta/sapi untuk tujuh orang. Jika tidak mampu, setidaknya berqurban dengan seekor kambing untuk satu keluarga.
(14) Mengucapkan tahniah/selamat hari Id bagi sesama muslim.

Referensi:
(1) Kitab al-Mausu'ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah
(2) Kitab al-Adzkar lil Imam an-Nawawi
(3) Kitab Raudhatut Thalibin
(4) Kitab-kitab Mutuun dan Syuruuh Hadits

Wallahu a'lam

Minggu, 20 September 2015

Kalam Hikmah Ulama II


✒ Fudhoil bin 'Iyyadh berkata:

المؤمن قليل الكلام كثير العمل , والمنافق كثير الكلام قليل العمل , كلام المؤمن حكم وصمته تفكر ونظره عبرة وعمله بر وإذا كنت كذا لم تزل في عبادة

Seorang yang beriman itu sedikit bicara banyak beramal. Sementara seorang munafik itu banyak bicara sedikit beramal.

Perkataan seorang yang beriman adalah hikmah,  diamnya tafakur,  pandangannya pelajaran,  dan amal perbuatannya adalah kebaikan.

Jika engkau bisa seperti itu,  maka engkau senantiasa dalam ibadah.

✒ Sufyan bin 'Uyainah berkata:

ليس العاقل الذي يعرف الخير والشر , إنما العاقل الذي إذا رأى الخير اتبعه وإذا رأى الشر اجتنبه
Bukanlah orang yang berakal itu yang mengetahui kebaikan dan keburukan. Akan tetapi,  orang yang berakal adalah orang yang ketika mengetahui kebaikan ia mengikutinya dan ketika mengetahui keburukan ia menjauhinya.

✒ Bisyr bin al-Harits berkata:

الصبر هو الصمت والصمت من الصبر ولا يكون المتكلم أورع من الصامت إلا رجل عالم يتكلم في موضعه ويسكت في موضعه

Kesabaran adalah diam. Sementara diam adalah bagian dari kesabaran.
Tidaklah orang yang berbicara menjadi lebih waro' daripada orang yang diam, kecuali seorang 'alim yang berbicara sesuai tempatnya dan diam sesuai tempatnya.

من حلية الأولياء وطبقات الأصفياء

Kalam Hikmah Ulama I


✒ إذا طلبت صلاح قلبك فاستعن عليه بحفظ لسانك

Jika engkau mencari kebaikan hatimu,  maka mohonlah pertolongan baginya dengan menjaga lisanmu.

✒ لسانك ترجمان قلبك وجهك مرآة قلبك يتبين على الوجه ما تضمر القلوب

Lisanmu adalah penerjemah hatimu,  sementara wajahmu adalah cerminan hatimu. Akan senantiasa nampak pada wajah apa yang tersembunyi dalam hati.

✒ قلوب الطاهرين تشرح بالتقوى وتزهر بالبر وقلوب الفجار تظلم بالفجور وتعمى بسوء النية

Hati orang-orang yang mensucikan diri itu lapang dengan takwa dan cemerlang dengan kebaikan,  sementara hati orang-orang yang fajir itu gelap dengan fujur (keburukan) dan buta dengan niat yang buruk.

✒ من ظن نفسه خيرا من نفس فرعون فقد أظهر الكبر. أي لأن خاتمته مغيبة

Siapa saja yang menyangka dirinya lebih baik dari Fir'aun, maka dia sungguh telah menampakkan kesombongan. Ini karena akhir hayatnya termasuk perkara ghaib (tak ia ketahui, apakah wafatnya nanti dalam keadaan muslim/kafir)

✒ ﺇﺫﺍ ﺍﺟﺘﻤﻊ ﺇﺑﻠﻴﺲ ﻭﺟﻨﻮﺩﻩ ﻟﻢ ﻳﻔﺮﺣﻮﺍ ﺑﺸﻲﺀ ﻛﻔﺮﺣﻬﻢ ﺑﺜﻼﺛﺔ : ﻣﺆﻣﻦ ﻗﺘﻞ ﻣﺆﻣﻨﺎ، ﻭﺭﺟﻝ ﻳﻤﻮﺕ ﻛﺎﻓﺮﺍ، ﻭﻗﻠﺐ ﻓﻴﻪ ﺧﻮﻑ ﺍﻟﻔﻘﺮ .

Tatkala Iblis dan pasukannya berkumpul, tidaklah mereka bergembira dengan sesuatu apapun sebagaimana mereka bergembira dengan 3 hal:
(1) Seorang mu'min yang membunuh seorang mu'min yang lain;
(2) Seseorang yang mati dalam keadaan kafir; dan
(3) Hati yang di dalamnya terdapat rasa takut akan kefakiran

Hadits dan Fiqh seputar Qurban

A. Matan (Redaksi) Hadis

(1) Hadits Abu Sa'id al-Khudri

عن أبي سعيد الخدري، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ضحى بكبش أقرن، وقال  : " هذا عني، وعمن لم يضح من أمتي.

Dari Abu Said al-Khudri, sesungguhnya Rasululullah shollallahu 'alaihi wasallam berqurban dengan kambing kibasy lagi bertanduk, dan beliau mengatakan: Ini dariku dan dari ummatku yang tidak berqurban.

HR. Imam Ahmad dalam Musnadnya juz 17, hal. 103

(2) Hadits Jabir bin 'Abdullah
Hadits riwayat Jabir ini dalam Musnad Ahmad dengan 3 redaksi:

أن جابر بن عبد الله، قال: صليت مع رسول الله صلى الله عليه وسلم عيد الأضحى، فلما انصرف أتى بكبش فذبحه، فقال: " بسم الله، والله أكبر، اللهم إن هذا عني وعمن لم يضح من أمتي

Sesungguhnya Jabir bin 'Abdullah, beliau berkata: Aku sholat Idul Adha bersama Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam. Ketika telah selesai, beliau membawa kambing kibasy lalu menyembelihnya. Kemudian beliau berdoa: Bismillah wallahu akbar. Allahumma inna hadza 'annii wa 'ammallam yudhohhi min ummatii (Yaa Allah, sesungguhnya ini dariku dan dari ummatku yang tidak berqurban).

HR. Imam Ahmad dalam musnadnya no. 14837, juz 23, hal. 134

 عن جابر بن عبد الله، قال: شهدت الأضحى مع رسول الله صلى الله عليه وسلم بالمصلى، فلما قضى خطبته أتى بكبش فذبحه بيده، وقال: " بسم الله وبالله، اللهم إن هذا عني، وعمن لم يضح من أمتي "

Dari Jabir bin 'Abdullah, beliau berkata: Aku menyaksikan/menghadiri Idul Adha bersama Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam di Musholla (lapangan penyelenggaraan sholat Id). Ketika beliau telah menyelesaikan khutbah beliau, beliau membawa kambing kibasy, lalu beliau menyembelihnya dengan tangan beliau sendiri, dan beliau berdoa: Bismillah wa billah. Allahumma inna hadza 'annii wa 'amman laa yudhohhi min ummatii.

 HR. Imam Ahmad dalam musnadnya no. 14893, juz 23, hal. 171

 عن جابر بن عبد الله، قال: شهدت مع رسول الله صلى الله عليه وسلم الأضحى بالمصلى، فلما قضى خطبته نزل من منبره، وأتى بكبش فذبحه رسول الله صلى الله عليه وسلم بيده، وقال: " بسم الله والله أكبر، هذا عني، وعمن لم يضح من أمتي "

Dari Jabir bin 'Abdullah, beliau berkata: Aku menyaksikan/menghadiri Idul Adha bersama Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam di Musholla (lapangan penyelenggaraan sholat Id). Ketika beliau telah menyelesaikan khutbah beliau, beliau turun dari mimbar beliau, dan beliau membawa kambing kibasy lalu  beliau shollallahu 'alaihi wasallam menyembelihnya dengan tangan beliau sendiri, dan beliau berkata: Bismillah wallahu akbar. Hadza 'annii wa 'amman laa yudhohhi min ummatii.

HR. Imam Ahmad dalam musnadnya no. 14895, juz 23, hal. 172

Hadis yang ketiga riwayat Jabir ini juga terdapat dalam Sunan Abi Dawud no. 2810, juz 3, hal. 99, dan dalam Sunan at-Tirmidzi no. 1521, juz 4, hal. 100.

(3) Hadis Abu Hurairah

عن أبي هريرة قال: «ضحى رسول الله صلى الله عليه وسلم بكبشين أملحين، أحدهما عنه وعن أهل بيته، والآخر عنه وعمن لم يضح من أمته»

Dari Abu Hurairah, beliau berkata: Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam berqurban dua kambing kibasy yang warna putinya lebih mendominasi dari warna hitamnya. Seekor untuk beliau dan keluarga beliau. Sedangkan seekornya lagi untuk beliau dan untuk umat beliau yang tidak berqurban.

HR. At-Thobaroni dalam al-Mu'jamul Ausath no. 6467, juz 6, hal. 300

(4) Hadis Abu Hurairah atau Sayyidah 'Aisyah

عن أبي هريرة، أن عائشة قالت: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم " إذا ضحى اشترى كبشين عظيمين، سمينين أقرنين، أملحين موجوئين قال: فيذبح أحدهما عن أمته ممن أقر بالتوحيد، وشهد له بالبلاغ، ويذبح الآخر عن محمد، وآل محمد

Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Sayyidah 'Aisyah berkata: Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam ketika akan berqurban membeli dua ekor kambing yang besar, gemuk, bertanduk, warna putihnya lebih mendominasi dari warna hitamnya dan dikebiri. Beliau berkata: lalu beliau menyembelih seekor untuk ummatnya yang mengikrarkan tauhid dan menyaksikan padanya telah disampaikannya risalah, dan menyembelih seekor lagi untuk beliau sendiri dan keluarga beliau.

HR. Imam Ahmad dalam musnadnya no. 25842, juz 43, hal. 37

عن عائشة، وأبي هريرة رضي الله عنهما، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ضحى بكبشين سمينين عظيمين أملحين أقرنين موجوئين فذبح أحدهما فقال: «اللهم عن محمد وأمته من شهد لك بالتوحيد وشهد لي بالبلاغ»

Dari Sayyidah Aisyah dan Abu Hurairah Rodhiyallahu 'anhumaa, sesungguhnya Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam mengqurbankan dua kambing kibasy yang gemuk, besar, warna putihnya lebih mendominasi dari warna hitamnya, bertanduk, dan dikebiri. Lalu, menyembelih salah satunya. Kemudian berdoa: Yaa Allah, dari Muhammad dan ummatnya yang bersaksi pada-Mu dengan tauhid dan bersaksi pada-ku dengan tersampaikannya risalah.

HR. Imam al-Hakim dalam al-Mustadrak no. 7547, juz 4, hal. 253

عن عائشة أو عن أبي هريرة: أن رسول الله - صلى الله عليه وسلم - كان إذا أراد أن يضحي اشترى كبشين عظيمين سمينين أقرنين أملحين موجوءين، فذبح أحدهما عن أمته، لمن شهد لله بالتوحيد، وشهد له بالبلاغ، وذبح الآخر عن محمد وعن آل محمد - صلى الله عليه وسلم -.

Dari Sayyidah Aisyah atau dari Abu Hurairah: Sesungguhnya Rasulullah -Shollallahu 'alaihi wasallam- ketika beliau menghendaki untuk berqurban, beliau membeli dua ekor kambing kibasy yang besar, gemuk, bertanduk, warna putihnya lebih mendominasi dari warna hitamnya, lagi dikebiri. Lalu beliau menyembelih seekor untuk umatnya yang menyaksikan Allah dengan tauhid, dan menyaksikan beliau dengan tersampaikannya risalah, dan menyembelih seekor yang lain untuk Muhammad (beliau sendiri) dan keluarga beliau -Shollallahu 'alaihi wasallam-.

HR. Ibnu Majah dalam sunan-nya no. 3122, juz 4, hal. 301.

(5) Hadits Abu Thalhah

عن أبي طلحة، أن النبي صلى الله عليه وسلم ضحى بكبشين أملحين فقال عند الأول: «عن محمد وآل محمد» وقال عند الثاني: «عمن آمن بي وصدقني من أمتي»

Dari Abu Thalhah, sesungguhnya Nabi shollallahu 'alaihi wasallam berqurban dengan dua ekor kambing kibasy yang warna putihnya lebih mendominasi dari warna hitamnya. Lalu beliau bersabda ketika menyembelih kambing yang pertama:  Dari Muhammad dan aali Muhammad. Dan beliau bersabda ketika menyembelih kambing yang kedua: Dari orang yang beriman padaku dan membenarkanku dari kalangan umatku.

HR. at-Thobaroni dalam al-Mu'jamul Kabir no. 4736, juz 5, hal. 106. Dalam kitab Majma'uz Zawaa-id no. 5973, juz 4, hal. 22 disebutkan bahwa seluruh periwayatnya adalah periwayat hadis shahih.

(6) Hadits Anas

وعن أنس قال: «ضحى رسول الله - صلى الله عليه وسلم - بكبشين أقرنين أملحين، فقرب أحدهما فقال: " بسم الله [اللهم] منك ولك هذا عن محمد وأهل بيته ". وقرب الآخر وقال: " بسم الله اللهم منك ولك هذا عن من وحدك من أمتي» ".

Dari Anas, beliau berkata: Rasulullah -shollallahu 'alaihi wasallam- berqurban dengan dua ekor kambing kibasy yang bertanduk yang warna putihnya lebih mendominasi dari warna hitamnya. Lalu beliau mendekati salah satunya, kemudian berkata: Bismillah (Allahumma) dari-Mu dan untuk-Mu ini dari Muhammad dan keluarganya. Dan mendekati yang satunya, lalu mengatakan: Bismillah. Yaa Allah dari-Mu dan untuk-Mu ini dari orang yang mentauhidkan-Mu dari kalangan ummatku.

HR. At-Thobaroni dalam al-Mu'jamul Ausath no. 3278, juz 3, hal. 319. Dalam kitab Majma'uz Zawaa-id no. 5972, juz 4, hal. 22 disebutkan bahwa dalam sanadnya ada al-Hajjaj bin Arthoh yang meskipun tsiqoh (terpercaya), namun mudallis.

(7) Hadits Jabir dalam versi yang lain

عن جابر بن عبد الله، قال: ذبح النبي صلى الله عليه وسلم يوم الذبح كبشين أقرنين أملحين موجأين، فلما وجههما قال: «إني وجهت وجهي للذي فطر السموات والأرض على ملة إبراهيم حنيفا، وما أنا من المشركين، إن صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين لا شريك له، وبذلك أمرت وأنا من المسلمين، اللهم منك ولك، وعن محمد وأمته باسم الله، والله أكبر» ثم ذبح.

Dari Jabir bin Abdullah, beliau berkata: Nabi shollallahu 'alaihi wasallam menyembelih di hari qurban dua ekor kambing yang bertanduk, yang warna putihnya lebih mendominasi dari warna hitamnya, dan dikebiri. Setelah mengarahkan keduanya (ke kiblat), Beliau berkata,’Sesungguhnya aku hadapkan wajahku secara lurus kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku, penyembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah bagi Allah Rabb semesta alam, tiada sekutu bagiNya dan itulah yang telah diperintahkan kepadaku, dan aku orang yang pertama berserah diri. Ya, Allah! Sesungguhnya ini dariMu dan untukMu, kurban dari Muhammad dan umatnya.’ Kemudian Beliau menyebut asma Allah, bertakbir lalu menyembelihnya.

HR. Abu Dawud no. 2795, juz 3, hal. 95
Al-Baihaqi dalam Ma'rifatus sunan wal Atsar no. 19046, juz 14, hal. 49 dan Syu'abul Iman no. 6942, juz 9, hal. 438
Redaksi yang hampir mirip dengan ini:
Imam Ahmad dalam musnadnya no. 15022, juz 23, hal. 267
Ibnu Majah dalam sunannya no. 3121, juz 4, hal. 300
Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya no. 2899, juz 4, hal. 287
Al-Hakim dalam al-Mustadrok no. 1716, juz 1, hal. 639
Ad-Darimi dalam sunannya no. 1989, juz 2, hal. 1239

B. Syarh (Penjelasan) Hadits

Setelah pemaparan mutuun (redaksi-redaksi) hadits di atas. Dapat kita ketahui bahwa derajat-derajat hadits itu ada yang shahih dan juga ada yang hasan lighoirihi (hadis dhoif yang meningkat statusnya menjadi hadis hasan).

Dalam kitab Takhrij Ahaadiitsi Ihya':

- (وقال أبو أيوب الأنصاري كان الرجل يضحي على عهد رسول الله - صلّى الله عليه وسلم - بالشاة عن أهل بيته فيأكلون ويطعمون).

Abu Ayyub al-Anshori berkata: Seseorang di masa Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam berqurban dengan seekor kambing untuk anggota keluarganya. Kemudian, mereka memakannya dan memberi makan untuk orang lain.

قال العراقي: رواه الترمذي وابن ماجه من حديثه قال الترمذي حسن صحيح اه
Al-Iroqi berkata: Hadits ini diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah dari hadisnya. Imam Tirmidzi berkata hadis ini statusnya Hasan Shahih.

 اعلم أن هذا الحديث والذي تقدم قبله عن جابر وفيه هذا عني وعمن لم يضح من أمتي يدلان أن الشاة الواحدة تجزئ عن أكثر من واحد واستدل البيهقي بحديث جابر أيضاً على نفي وجوب التضحية.

Ketahuilah bahwa hadits ini dan hadits sebelumnya dari Jabir yang terdapat redaksi hadza 'anni wa 'amman lam yudhohhi min ummatii (ini dariku dan dari orang yang tidak menyembelih qurban dari kalangan ummatku) menunjukkan bahwa seekor kambing mencukupi untuk digunakan lebih dari satu orang. Al-Baihaqi berdalil juga dengan hadis Jabir bahwa hukum berqurban tidaklah wajib.

Dalam kitab Nailul Author, disebutkan pada:
باب الاجتزاء بالشاة لأهل البيت الواحد
Bab Tercukupinya menyembelih seekor kambing untuk seluruh anggota keluarga

والعمل على هذا عند بعض أهل العلم وهو قول أحمد وإسحاق واحتجا بحديث «أن النبي - صلى الله عليه وسلم - ضحى بكبش فقال هذا عمن لم يضح من أمتي» وقال بعض أهل العلم: لا تجزئ الشاة إلا عن نفس واحدة وهو قول عبد الله بن المبارك وغيره من أهل العلم انتهى.

Beramal pada hadis ini menurut sebagian ulama dan juga qoul (pendapat) Imam Ahmad dan Ishaq, dan juga berhujjah dengan hadis "sesungguhnya Rasulullah - shollallahu alaihi wasallam- berqurban dengan seekor kambing kibasy, lalu beliau berkata: ini dari orang yang tidak berqurban dari kalangan ummatku".
Sebagian Ulama yang lain berpendapat: Tidak mencukupi seekor kambing kecuali hanya dari seorang saja. Ini adalah qoul 'Abdullah bin al-Mubarok dan selainnya dari kalangan Ulama.

قوله: (يضحي بالشاة عنه وعن أهل بيته) فيه دليل على أن الشاة تجزئ عن أهل البيت؛ لأن الصحابة كانوا يفعلون ذلك في عهده - صلى الله عليه وسلم - والظاهر اطلاعه فلا ينكر عليهم ويدل على ذلك أيضا حديث «على كل أهل بيت في كل عام أضحية»

Perkataannya (berqurban dengan seekor kambing untuknya dan untuk anggota keluarganya). Disini terdapat dalil bahwa qurban seekor kambing mencukupi untuk anggota keluarga. Hal ini karena para sahabat melakukannya di masa Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam -tentu hal ini sampai kepada Rasulullah dan beliau tidak mengingkari- dan dalil pada hal demikian ini juga adanya hadits:" Bagi setiap anggota keluarga, pada tiap tahun, hendaknya berqurban".

C. Pendapat Ulama pakar Fiqh mu'tabaroh

ثم إن الحنفية القائلين بالوجوب يقولون: إنها واجبة عينا على كل من وجدت فيه شرائط الوجوب. فالأضحية الواحدة كالشاة وسبع البقرة وسبع البدنة إنما تجزئ عن شخص واحد. ٩ - وأما القائلون بالسنية فمنهم من يقول: إنها سنة عين أيضا، كالقول المروي عن أبي يوسف فعنده لا يجزئ الأضحية الواحدة عن الشخص وأهل بيته أو غيرهم. ومنهم من يقول: إنها سنة عين ولو حكما، بمعنى أن كل واحد مطالب بها، وإذا فعلها واحد بنية نفسه وحده لم تقع إلا عنه، وإذا فعلها بنية إشراك غيره في الثواب، أو بنية كونها لغيره أسقطت الطلب عمن أشركهم أو أوقعها عنهم. وهذا رأي المالكية، وإيضاحه أن الشخص إذا ضحى ناويا نفسه فقط سقط الطلب عنه، وإذا ضحى ناويا نفسه وأبويه الفقيرين وأولاده الصغار، وقعت التضحية عنهم، ويجوز له أن يشرك غيره في الثواب - قبل الذبح - ولو كانوا أكثر من سبعة بثلاث شرائط: (الأولى) : أن يسكن معه.
(الثانية) : أن يكون قريبا له وإن بعدت القرابة، أو زوجة. (الثالثة) : أن ينفق على من يشركه وجوبا كأبويه وصغار ولده الفقراء، أو تبرعا كالأغنياء منهم وكعم وأخ وخال. فإذا وجدت هذه الشرائط سقط الطلب عمن أشركهم. وإذا ضحى بشاة أو غيرها ناويا غيره فقط، ولو أكثر من سبعة، من غير إشراك نفسه معهم سقط الطلب عنهم بهذه التضحية، وإن لم تتحقق فيهم الشرائط الثلاث السابقة. ولا بد في كل ذلك أن تكون الأضحية ملكا خاصا للمضحي، فلا يشاركوه فيها ولا في ثمنها، وإلا لم تجزئ، كما سيأتي في شرائط الصحة.  ١٠ - ومن القائلين بالسنية من يجعلها سنة عين في حق المنفرد، وسنة كفاية في حق أهل البيت الواحد، وهذا رأي الشافعية والحنابلة. فقد قالوا: إن الشخص يضحي بالأضحية الواحدة - ولو كانت شاة - عن نفسه وأهل بيته. وللشافعية تفسيرات متعددة لأهل البيت الواحد (والراجح) تفسيران: (أحدهما) أن المقصود بهم من تلزم الشخص نفقتهم، وهذا هو الذي رجحه الشمس الرملي في نهاية المحتاج. (ثانيهما) من تجمعهم نفقة منفق واحد ولو تبرعا، وهذا هو الذي صححه الشهاب الرملي بهامش شرح الروض.
قالوا: ومعنى كونها سنة كفاية - مع كونها تسن لكل قادر منهم عليها - سقوط الطلب عنهم بفعل واحد رشيد منهم، لا حصول الثواب لكل منهم، إلا إذا قصد المضحي تشريكهم في الثواب. ومما استدل به على كون التضحية سنة كفاية عن الرجل وأهل بيته حديث أبي أيوب الأنصاري رضي الله عنه قال: {كنا نضحي بالشاة الواحدة يذبحها الرجل عنه وعن أهل بيته، ثم تباهى الناس بعد فصارت مباهاة} . وهذه الصيغة التي قالها أبو أيوب رضي الله عنه تقتضي أنه حديث مرفوع.

Lanjutan terjemahan
Madzhab Hanafiyah yang mengatakan bahwa qurban itu wajib, berpendapat: Maksudnya adalah wajib 'ain (wajib per individu) bagi setiap orang yang terpenuhi syarat-syarat wajib. Maka, qurban seekor seperti seekor kambing, sepertujuh sapi, dan sepertujuh unta hanya mencukupi bagi seorang saja.
Adapun mereka yang berpendapat qurban itu sunnah, termasuk mereka yang mengatakan: itu sunnah 'ain (sunnah per individu) juga, seperti qoul yang diriwayatkan dari Abu Yusuf, maka menurut dia tidak mencukupi seekor sembelihan untuk seorang dan keluarganya, atau yang lain.
Termasuk juga mereka yang berpendapat: qurban itu sunnah 'ain, meski dari sisi hukum, maksudnya bahwa setiap orang dituntut mengerjakannya. Ketika seorang mengerjakannya dengan niat untuk dirinya saja, maka tidak berpengaruh pada siapapun kecuali hanya dirinya saja. Dan ketika qurban itu dikerjakan dengan niat menyerikatkan/menggabungkan selain dia dalam pahala qurban, atau dengan niat keberadaan qurban itu untuk selainnya, gugurlah tuntutan anggota yang diserikatkan itu atau berpengaruh qurban itu pada mereka.
Ini adalah pendapat Madzhab Malikiyah, dan qurbannya bahwa seseorang ketika berqurban berniat untuk dirinya saja, gugurlah tuntutan qurban darinya. Dan ketika berqurban dengan niat untuk dirinya sendiri, dari kedua orangtuanya yang faqir, dan anak-anaknya yang masih kecil, maka qurban itu berpengaruh pada mereka. Dan diperbolehkan juga baginya jika menserikatkan selainnya dalam pahalanya -sebelum menyembelih- meskipun lebih dari 7 orang, dengan 3 syarat:
(1) Bertempat tinggal dengannya/Serumah;
(2) anggota itu ada hubungan kerabat dengannya meskipun kerabat jauh, atau isteri;
(3) Jika dia wajib menafkahi pada orang yang berserikat itu, seperti kedua orangtuanya dan anak-anaknya yang masih kecil lagi faqir, atau tabarru' seperti orang kaya dari mereka, seperti paman dari pihak ayah, saudara, dan paman dari pihak ibu.

Maka, ketika syarat-syarat ini terpenuhi, gugurlah tuntutan dari orang yang berserikat itu.
Jika dia berqurban dengan seekor kambing atau selain kambing dengan niat untuk selainnya saja, meskipun lebih banyak dari 7 orang, tanpa menggabungkan dirinya dengan mereka, gugurlah tuntutan dari mereka dengan qurban ini, meskipun mereka tidak memenuhi 3 syarat yang lalu.
Dan diharuskan pada setiap perkara qurban itu, jika hewan qurban itu milik khusus bagi yang berqurban, bukan berserikat di dalamnya, bukan pula dalam harganya. Jika tidak, maka tidak mencukupi sebagaimana tersebut dalam syarat sah.

Termasuk yang mengatakan bahwa qurban itu hukumnya sunnah, hanya saja terbagi dua: sunnah 'ain bagi munfarid (perseorangan), dan sunnah kifayah bagi yang mempunyai keluarga yang satu. Ini adalah prndapat Madzhab Syafii dan Madzhab Hanbali.
Mereka mengatakan: Seseorang hendaknya berqurban dengan seekor qurban -setidaknya seekor kambing- darinya dan dari keluarganya.
Menurut Madzhab Syafii ada beberapa tafsir bagi keluarga yang satu, (yang rajih/kuat) ada 2 tafsir:
(1) Maksudnya adalah orang yang berada dalam tanggungan nafkahnya. Pendapat ini dikuatkan oleh al-Imam Asy-Syamsur Ramli dalam kitab Nihayatul Muhtaj.
(2) orang yang dinafkahi yang nafkahnya menyatu dengan mereka meskipun tabarru'. Ini adalah pendapat yang dishahihkan oleh Imam Ash-Shihab ar-Ramli di Hamisy syarh ar-Raudh.

Mereka mengatakan: Dan makna keberadaan qurban itu sunnah kifayah -di satu sisi hukumnya sunnah bagi setiap yang mampu dari mereka untuk berqurban- yaitu gugurnya tuntutan dari mereka dengan qurban yang dilakukan oleh salah seorang yang dewasa dari mereka, bukan dapatnya pahala bagi semuanya, kecuali jika orang yang berqurban menyengaja menserikatkan mereka dalam pahala.
Termasuk sebagian dalil yang menunjukan bahwa qurban itu sunnah kifayah dari seseorang dan keluarganya, yaitu hadis Abu Ayyub al-Anshari Rodhiyallahu 'anhu, beliau berkata:
Kami berqurban dengan seekor kambing, seseorang menyembelihnya  untuk dirinya dan keluarganya, kemudian orang-orang saling berbangga setelahnya hingga berlaku sombong.
Redaksi ini yaitu yang dikatakan Abu Ayyub al-Anshori Rodhiyallahu 'anhu menunjukkan bahwa ini adalah hadits marfu'.

(DARI KITAB AL-MAUSU'AH AL-FIQHIYYAH AL-KUWAITIYAH)

D. Wallahu a'lam