Jumat, 15 Januari 2016

Tujuan dan Hikmah Jihad

Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah, keluarga dan sahabat beliau, serta orang-orang yang mengikuti beliau.

Dalam Bahasa Arab, kata “jihâd” berasal dari fi`il rubâ`i (kata kerja yang terdiri dari empat huruf), dengan wazan fi`âl yang hanya terjadi antara dua orang. Fi`il tsulâtsi (kata kerja yang terdiri dari tiga huruf) dari kata jihâd adalah jahada, dari kata al-jahdu dan al-juhdu yang artinya kekuatan. Sebagian pakar bahasa Arab berpendapat bahwa al-jahdu berarti kesulitan, sedangkan al-juhdu adalah kekuatan. Al-Laits bin Sa’ad berkata, “Al-jahdu adalah sakit atau perkara sulit yang menimpa seseorang, sehingga ia disebut orang yang majhûd (mengalami
kesulitan). Dan al-juhdu secara bahasa mempunyai makna yang sama.

Adapun jihâd, maknanya adalah bersungguh-sungguh dalam mencurahkan kemampuan dalam perperangan, ucapan, atau segala sesuatu yang mampu dilakukan. Sedangkan kalimat “jâhada al-`aduwwa, mujâhadatan wa jihâd”, artinya adalah memerangi musuh dan berjihad fi sabilillah.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Ibnu Abbas radhiyallâhu `anhumâ, Rasulullah shallallâhu `alaihi wa sallam bersabda;
ﻻَ ﻫِﺠْﺮَﺓَ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟْﻔَﺘْﺢِ، ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﺟِﻬَﺎﺩٌ ﻭَﻧِﻴَّﺔٌ
“Tidak ada hijrah setelah Fathu Makkah, akan tetapi yang masih ada adalah jihad dan niat.”
Jadi jihad adalah memerangi musuh. Dan kata “jihad” artinya adalah bersungguh-sungguh dalam mencurahkan segala kemampuan, berupa ucapan atau perbuatan.

Adapun maksud dari “niat” di dalam hadis di atas adalah keikhlasan beramal untuk Allah. Sehingga maknanya adalah bahwa setelah Fathu Makkah tidak ada lagi hijrah, karena Mekkah telah menjadi Dar al-Islam, sedangkan yang tersisa adalah keikhlasan dalam berjihad dan memerangi orang-orang kafir. (Lisan al-Arab, Vol. IX, hlm. 708, Cet. Dar al-Ma`ârif).

Jihad dalam definisi syariat adalah mencurahkan segala kemampuan dan kekuatan untuk berperang fi sabilillah dengan jiwa, harta, lisan atau yang lainnya. Seperti mempersiapkan makanan dan minuman, juga mengobati orang yang terluka.” (Badâ’i` al-Shanâ’i` karya al-Kasani, Vol. VII, hlm. 97, Cet. Dar al-
Kutub al-`Ilmiyyah).

Tujuan jihad adalah “Fi Sabilillah”
Hal ini seperti disebutkan di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,
ﻓَﻠْﻴُﻘَﺎﺗِﻞْ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴﻞِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﺸْﺮُﻭﻥَ ﺍﻟﺤَﻴَﺎﺓَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺑِﺎﻵَﺧِﺮَﺓِ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻘَﺎﺗِﻞْ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴﻞِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻓَﻴُﻘْﺘَﻞْ ﺃَﻭْ ﻳَﻐْﻠِﺐْ ﻓَﺴَﻮْﻑَ ﻧُﺆْﺗِﻴﻪِ
ﺃَﺟْﺮًﺍ ﻋَﻈِﻴﻤًﺎ . ‏[ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ 74: ]
“Karena itu, hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan
kepadanya pahala yang besar.” (An-Nisâ’: 74).
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala;
ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍﻟﻤُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁَﻣَﻨُﻮﺍ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟِﻪِ ﺛُﻢَّ ﻟَﻢْ ﻳَﺮْﺗَﺎﺑُﻮﺍ ﻭَﺟَﺎﻫَﺪُﻭﺍ ﺑِﺄَﻣْﻮَﺍﻟِﻬِﻢْ ﻭَﺃَﻧْﻔُﺴِﻬِﻢْ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴﻞِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻫُﻢُ
ﺍﻟﺼَّﺎﺩِﻗُﻮﻥَ . ‏[ ﺍﻟﺤﺠﺮﺍت15: ].
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah.
Mereka itulah orang-orang yang benar.” (Al-Hujurât: 15).
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala;
ﻭَﻣَﺎ ﻟَﻜُﻢْ ﻟَﺎ ﺗُﻘَﺎﺗِﻠُﻮﻥَ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴﻞِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺍﻟﻤُﺴْﺘَﻀْﻌَﻔِﻴﻦَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺮِّﺟَﺎﻝِ ﻭَﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀِ ﻭَﺍﻟﻮِﻟْﺪَﺍﻥِ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺃَﺧْﺮِﺟْﻨَﺎ ﻣِﻦْ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟﻘَﺮْﻳَﺔِ
ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻢِ ﺃَﻫْﻠُﻬَﺎ ﻭَﺍﺟْﻌَﻞ ﻟَﻨَﺎ ﻣِﻦْ ﻟَﺪُﻧْﻚَ ﻭَﻟِﻴًّﺎ ﻭَﺍﺟْﻌَﻞ ﻟَﻨَﺎ ﻣِﻦْ ﻟَﺪُﻧْﻚَ ﻧَﺼِﻴﺮًﺍ . ‏[ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ : 75 ].
“Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim
penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!". (An-Niâ’: 75).
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala ;
ﻭَﻗَﺎﺗِﻠُﻮﻫُﻢْ ﺣَﺘَّﻰ ﻟَﺎ ﺗَﻜُﻮﻥَ ﻓِﺘْﻨَﺔٌ ﻭَﻳَﻜُﻮﻥَ ﺍﻟﺪِّﻳﻦُ ﻟﻠﻪِ ﻓَﺈِﻥِ ﺍﻧْﺘَﻬَﻮْﺍ ﻓَﻠَﺎ ﻋُﺪْﻭَﺍﻥَ ﺇِﻟَّﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ . ‏[ ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ : 193 ].
“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang
yang zalim.” (Al-Baqarah: 193).
Maksud dari “Sabilillah” dalam ayat-ayat ini dijelaskan oleh Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasallam dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Musa al-Asy’ari Rhodhiyallahu 'anhu, ia berkata;
ﺟَﺎﺀَ ﺭَﺟُﻞٌ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﻳُﻘَﺎﺗِﻞُ ﻟِﻠْﻤَﻐْﻨَﻢِ، ﻭَﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﻳُﻘَﺎﺗِﻞُ ﻟِﻠﺬِّﻛْﺮِ، ﻭَﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﻳُﻘَﺎﺗِﻞُ ﻟَﻴُﺮَﻯ ﻣَﻜَﺎﻧُﻪُ،
ﻓَﻤَﻦْ ﻓِﻲْ ﺳَﺒِﻴْﻞِ ﺍﻟﻠﻪِ؟
“Seorang lelaki mendatangi Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam dan bertanya, “Ada orang yang berperang untuk mendapatkan ganimah, ada yang berperang untuk mendapatkan pujian, ada
juga yang berperang agar orang-orang melihat posisinya. Lalu siapakah yang berperang fi sabilillah?” Beliau menjawab;
ﻣَﻦْ ﻗَﺎﺗَﻞَ ﻟِﺘَﻜُﻮْﻥَ ﻛَﻠِﻤَﺔُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻫِﻲَ ﺍﻟْﻌُﻠْﻴَﺎ ﻓَﻬُﻮَ ﻓِﻲْ ﺳَﺒِﻴْﻞِ ﺍﻟﻠﻪِ
“Barangsiapa berperang untuk meninggikan kalimat Allah, maka dia fi sabilillah.”
Maksud dari kalimat Allah dalam hadis di atas adalah Islam, berdakwah kepadanya, menyebarkan kebenaran dan keadilan, serta menolak kezaliman dan kejahatan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman;
ﺃُﺫِﻥَ ﻟِﻠَّﺬِﻳﻦَ ﻳُﻘَﺎﺗَﻠُﻮﻥَ ﺑِﺄَﻧَّﻬُﻢْ ﻇُﻠِﻤُﻮﺍ ﻭَﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻋَﻠَﻰ ﻧَﺼْﺮِﻫِﻢْ ﻟَﻘَﺪِﻳﺮٌ * ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺃُﺧْﺮِﺟُﻮﺍ ﻣِﻦْ ﺩِﻳَﺎﺭِﻫِﻢْ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺣَﻖٍّ ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻥْ ﻳَﻘُﻮﻟُﻮﺍ ﺭَﺑُّﻨَﺎ
ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﻟَﻮْﻟَﺎ ﺩَﻓْﻊُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﺑَﻌْﻀَﻬُﻢْ ﺑِﺒَﻌْﺾٍ ﻟَﻬُﺪِّﻣَﺖْ ﺻَﻮَﺍﻣِﻊُ ﻭَﺑِﻴَﻊٌ ﻭَﺻَﻠَﻮَﺍﺕٌ ﻭَﻣَﺴَﺎﺟِﺪُ ﻳُﺬْﻛَﺮُ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺍﺳْﻢُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻛَﺜِﻴﺮًﺍ ﻭَﻟَﻴَﻨْﺼُﺮَﻥَّ
ﺍﻟﻠﻪُ ﻣَﻦْ ﻳَﻨْﺼُﺮُﻩُ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻟَﻘَﻮِﻱٌّ ﻋَﺰِﻳﺰٌ . ‏[ﺍﻟﺤﺞ : 40-39 ].
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha
Kuasa menolong mereka itu, (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah". Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian
manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Al-Hajj: 39-40).
Ayat ini dengan jelas menerangkan bahwa berperang adalah untuk menolak kezaliman, dan agar tempat-tempat ibadah yang didirikan tidak dihancurkan, sehingga tidak terjadi kekacauan. Karena, agama secara keseluruhan adalah milik
Allah.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
ﻭَﻗَﺎﺗِﻠُﻮﻫُﻢْ ﺣَﺘَّﻰ ﻟَﺎ ﺗَﻜُﻮﻥَ ﻓِﺘْﻨَﺔٌ ﻭَﻳَﻜُﻮﻥَ ﺍﻟﺪِّﻳﻦُ ﻟﻠﻪِ ﻓَﺈِﻥِ ﺍﻧْﺘَﻬَﻮْﺍ ﻓَﻠَﺎ ﻋُﺪْﻭَﺍﻥَ ﺇِﻟَّﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ . ‏[ ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ : 193 ].
"Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang
yang zalim.” (Al-Baqarah: 193).

Tujuan jihad yang lainnya adalah menolak kezaliman musuh. Allah berfirman,
ﻭَﻗَﺎﺗِﻠُﻮﺍ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴﻞِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳُﻘَﺎﺗِﻠُﻮﻧَﻜُﻢْ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻌْﺘَﺪُﻭﺍ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻟَﺎ ﻳُﺤِﺐُّ ﺍﻟﻤُﻌْﺘَﺪِﻳﻦَ ‏(190‏) ﻭَﺍﻗْﺘُﻠُﻮﻫُﻢْ ﺣَﻴْﺚُ ﺛَﻘِﻔْﺘُﻤُﻮﻫُﻢْ
ﻭَﺃَﺧْﺮِﺟُﻮﻫُﻢْ ﻣِﻦْ ﺣَﻴْﺚُ ﺃَﺧْﺮَﺟُﻮﻛُﻢْ ﻭَﺍﻟﻔِﺘْﻨَﺔُ ﺃَﺷَﺪُّ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻘَﺘْﻞِ ﻭَﻟَﺎ ﺗُﻘَﺎﺗِﻠُﻮﻫُﻢْ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻤَﺴْﺠِﺪِ ﺍﻟﺤَﺮَﺍﻡِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﻘَﺎﺗِﻠُﻮﻛُﻢْ ﻓِﻴﻪِ ﻓَﺈِﻥْ ﻗَﺎﺗَﻠُﻮﻛُﻢْ
ﻓَﺎﻗْﺘُﻠُﻮﻫُﻢْ ﻛَﺬَﻟِﻚَ ﺟَﺰَﺍﺀُ ﺍﻟﻜَﺎﻓِﺮِﻳﻦَ ‏(191‏) ﻓَﺈِﻥِ ﺍﻧْﺘَﻬَﻮْﺍ ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻏَﻔُﻮﺭٌ ﺭَﺣِﻴﻢٌ ‏(192‏) . ‏[ ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ : 192-190 ].
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu
jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di
tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka.

Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir. Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Baqarah: 190-192).

Allah juga berfirman;
ﻭَﺇِﻥْ ﻧَﻜَﺜُﻮﺍ ﺃَﻳْﻤَﺎﻧَﻬُﻢْ ﻣِﻦْ ﺑَﻌْﺪِ ﻋَﻬْﺪِﻫِﻢْ ﻭَﻃَﻌَﻨُﻮﺍ ﻓِﻲ ﺩِﻳﻨِﻜُﻢْ ﻓَﻘَﺎﺗِﻠُﻮﺍ ﺃَﺋِﻤَّﺔَ ﺍﻟﻜُﻔْﺮِ ﺇِﻧَّﻬُﻢْ ﻟَﺎ ﺃَﻳْﻤَﺎﻥَ ﻟَﻬُﻢْ ﻟَﻌَﻠَّﻬُﻢْ ﻳَﻨْﺘَﻬُﻮﻥَ ‏( 12‏) ﺃَﻟَﺎ
ﺗُﻘَﺎﺗِﻠُﻮﻥَ ﻗَﻮْﻣًﺎ ﻧَﻜَﺜُﻮﺍ ﺃَﻳْﻤَﺎﻧَﻬُﻢْ ﻭَﻫَﻤُّﻮﺍ ﺑِﺈِﺧْﺮَﺍﺝِ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝِ ﻭَﻫُﻢْ ﺑَﺪَﺀُﻭﻛُﻢْ ﺃَﻭَّﻝَ ﻣَﺮَّﺓٍ ﺃَﺗَﺨْﺸَﻮْﻧَﻬُﻢْ ﻓَﺎﻟﻠﻪُ ﺃَﺣَﻖُّ ﺃَﻥْ ﺗَﺨْﺸَﻮْﻩُ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ
ﻣُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ‏(13‏) . ‏[ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ : 13-12 ].
“Jika mereka merusak sumpah (janji)nya sesudah mereka berjanji, dan mereka mencerca agamamu, maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang (yang tidak dapat dipegang) janjinya, agar supaya mereka berhenti. Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai memerangi kamu?
Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (At-Taubah: 12-13).
Syaikh Mahmud Syaltut berkata, “Sesungguhnya ayat-ayat tentang peperangan menunjukkan bahwa sebab diperintahkannya peperangan adalah untuk menolak
kejahatan musuh, melindungi dakwah dan kebebasan beragama. Hanya dalam lingkup inilah Allah mensyariatkan peperangan.” (al-Qur’ân wa al-Qitâl, hlm. 89, Cet. Dar al-Fath).

Syaikh Muhammad Abu Zahrah berkata, “Motif dari berperang dalam Islam ada dua; menolak kezaliman musuh dan melindungi dakwah. Setiap nilai etika yang beradab
juga senantiasa mengarah kepada pembelaan terhadap kebebasan. Penyeru prinsip ini sangat menginginkan agar semua orang dapat menerimanya, bahwa setiap orang bebas memilih apa yang diyakininya, bebas memilih mazhab yang ia pandang benar, juga bebas memilih apa yang lebih sesuai dengan akal pikirannya. Dan Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam berperang untuk kedua tujuan ini (menolak kezaliman dan melindungi dakwah).” (al-`Ilâqah al-Dauliyyah fi al-Islam, hlm. 98, Cet. Dar al-Fikr al-`Arabi).

Adapun hikmah dari jihad adalah untuk menegakkan prinsip-prinsip kebaikan, keadilan, rahmat dan tauhid. Jika kita perhatikan, kata “sabilillah” dalam Al-
Qur’an dan Sunnah terfokus pada tauhid pada ranah akidah, terfokus pada rahmat (kasih sayang) pada ranah akhlak, dan terfokus pada keadilan pada ranah
penetapan hukum syariat.
Dalam ranah akidah, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman;
ﻭَﻣَﺎ ﺃَﺭْﺳَﻠْﻨَﺎ ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻠِﻚَ ﻣِﻦْ ﺭَﺳُﻮﻝٍ ﺇِﻟَّﺎ ﻧُﻮﺣِﻲ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺃَﻧَّﻪُ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻧَﺎ ﻓَﺎﻋْﺒُﺪُﻭﻥِ . ‏[ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ 25: ].
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (Al-Anbiyâ’: 25).
Dalam ranah pensyariatan, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman;
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻳَﺄْﻣُﺮُ ﺑِﺎﻟﻌَﺪْﻝِ ﻭَﺍﻹِﺣْﺴَﺎﻥِ ﻭَﺇِﻳﺘَﺎﺀِ ﺫِﻱ ﺍﻟﻘُﺮْﺑَﻰ ﻭَﻳَﻨْﻬَﻰ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻔَﺤْﺸَﺎﺀِ ﻭَﺍﻟﻤُﻨْﻜَﺮِ ﻭَﺍﻟﺒَﻐْﻲِ ﻳَﻌِﻈُﻜُﻢْ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗَﺬَﻛَّﺮُﻭﻥَ .
‏[ ﺍﻟﻨﺤﻞ 90: ].
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (An-Nahl: 90).
Ketika berbicara tentang karakter umum dari risalah Islam, Allah berfirman;
﴿ ﻭَﻣَﺎ ﺃَﺭْﺳَﻠْﻨَﺎﻙَ ﺇِﻟَّﺎ ﺭَﺣْﻤَﺔً ﻟِﻠْﻌَﺎﻟَﻤِﻴﻦَ﴾ ‏[ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ 107: ]،
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Al-Anbiyâ’: 107).
Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasallam juga menyebutkan secara khusus tentang tujuan dari risalahnya,
dalam sabda beliau;
ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺑُﻌِﺜْﺖُ ﻟِﺄُﺗَﻤِّﻢَ ﻣَﻜَﺎﺭِﻡَ ﺍﻟْﺄَﺧْﻠَﺎﻕِ .
“Sesungguhnya aku diutus tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad dan al-Hakim, dan ini adalah lafal al-Hakim).
Sejumlah ayat dan hadis di atas menjelaskan kepada kita tentang tujuan dan hikmah disyariatkannya jihad.

Wa shallallahu ‘ala sayyidinâ Muhammadin wa ‘alâ âlihi wa shahbihi wa sallim.

Wallahu subhânahu wata’âlâ a’lam.

Diterjemahkan dari Fatwa Darul Ifta' al-Mishriyyah